Senin, 21 Oktober 2013

12 Oktober 2013

Adakah kita yang tahu kapan kita dipanggil Tuhan? Hari ini seminggu setelah kematian Ka Ressi, Kaka KTB ku, teman dan orang yang darinya aku belajar banyak. Selama hidupnya, ka Ressi orang yang sangat berintegritas, jujur, taat dan tidak pernah mengeluh. Tuhan, bukan pertanyaan mengapa? tapi apa? Apa yang kita kerjakan selama kita hidup... Apa yang sudah kita berikan... Mengingat ka ressi sebelum dia meninggal tidak pernah bisa tanpa airmata. Bukan kepergiaannya yang ditangisi tapi ketiadaannya. Dia sudah memberi begitu banyak arti dan kenangan. Jika ada yang ku sesali itu adalah karena tidak berada di sampingnya saat dia pergi. Hari itu, Sabtu 21 Oktober 2013... Pagi-pagi aku sudah bangun karena akan berangkat ke Banjarmasin mengikuti Kamp KTB. Dalam perjalanan ada whatsapp dari Aci kalo dia tidak bisa datang ke Banjarbaru. Kemudian aku teringat kalo terakhir aku jenguk Ka ressi adalah hari Rabu dan kemarin ( Jumat, 20 Okt ) aku menonton dengan Opink tapi tidak ada menjenguk ka ressi. Kemudian dalam hatiku aku berkata, Selasa nanti aku bakal jenguk ka ressi karena libur. Tak lama kemudian, Veve mengabarkan bahwa Ka Ressi telah dipanggil Bapa Di Sorga dan itu saat dalam perjalanan dari Martapura menuju Banjarbaru. Tuhan tahu bagaimana perasaankku, aku menangis sambil menelpon Oping dan Aci menyusuh dia pulang dari Buntok. Tuhan tau penyesalanku karena selalu menunda-nunda untuk menjenguk ka Ressi dan tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi. Satu hari itu, aku ada dalam kendaraan dan sampai di Palangkaraya pukul 7.30 malam. Semuanya terasa melelahkan dan menguras emosi. Belajar dari Daud yang mengatakan : "Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku" ( II Samuel 12:23b) Ka Ressi sudah damai sekarang, ia telah mengakhiri pertandingannya dengan baik, dan ia telah memelihara imannya, sekarang kita yang hidup ini yang akan terus berjuang. Kanker tidak bisa melumpuhkan Kasih Allah, Kanker tidak bisa menghancurkan harapan, Kanker tidak bisa memisahkan persahabatan, Kanker tidak bisa mengubur kenangan, Kanker tidak bisa menghilangkan keberanian, Kanker tidak bisa menguasai jiwa, Kanker tidak bisa melunturkan semangat, KAnker tidak bisa,.

Kamis, 10 Oktober 2013

BERPENGHARAPAN DI TENGAH KETIDAKADAAN HARAPAN

( Markus 5 : 25-34 ) Meskipun sudah sering membaca bahkan merenungkan bagian Firman ini, tetapi baru kali ini aku menyadari bahwa keadaan perempuan ini begitu sulit. Dimasa itu, posisi perempuan di letak kedua dalam tataran masyarakat. Jikalau kita membaca dari Imamat 15:25-31, hukum tentang perempuan yang mengeluarkan lelehan maka kita bisa melihat bahwa selama ia mengeluarkan lelehan ia dianggap najis selama masa pendarahan itu masih berlangsung dan tempat tidurnya atau apapun yang didudukinya dianggap najis dan ia dilarang beribadat. Selama dua belas tahun, perempuan ini menanggung kesakitan dan ketidaknyamanan, secara rohani dilarang beribadat, secara psikologis tidak bisa berhubungan dengan suaminya (kalau dia sudah menikah), perasaan bersalah karena menghabiskan harta untuk biaya berobat dan merasa merepotkan orang lain. Semua itu menjadi pergumulan batin tersendiri sehingga godaan untuk mengasihani diri sendiri dan putus asa pasti besar. Kemudian saya teringat akan kaka KTB saya yang saat ini sedang sakit, beberapa waktu yang lalu ia mengatakan bahwa ia mulai malas untuk berdoa dan membaca Firman Tuhan. Memasuki tahun ketiga sakitnya, saya mengerti bahwa kaka saya itu mulai putus asa, pengobatan yang seperti tiada akhir, godaan untuk menggunakan pengobatan secara irrasional pun terlihat menarik, berbagai cara pun mulai di coba. Belajar dari perempuan yang sakit pendarahan ini, dua belas tahun bukan waktu yang singkat, ada banyak hal yang ia bisa lakukan, bisa melahirkan berapa anak dan mengasuh mereka. Kalau saya ada dalam posisi itu, saya tidak akan bisa membayangkan hidup seperti apa, tapi perempuan itu tetap mempertahankan pengharapannya untuk sembuh terus menerus dalam keadaan apapun, dan karena itu Tuhan Yesus mengatakan “ Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.”